Jumat, 27 Juni 2025

Satori Pedia: Koma, Warisan Budaya Jepang yang Tetap Berputar di Zaman Modern

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Di tengah kemajuan teknologi dan budaya pop yang mendominasi Jepang saat ini, masih ada warisan budaya yang tetap berputar secara harfiah dan simbolik. Salah satunya adalah koma, gasing tradisional Jepang yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang sejak ribuan tahun lalu. Lebih dari sekadar mainan, koma mencerminkan filosofi, keahlian, dan nilai-nilai spiritual dalam budaya Jepang.

Sejarah Koma

Asal-usul koma di Jepang berawal dari abad ke-6 hingga ke-8, ketika pengaruh budaya Tiongkok dan Korea masuk ke Jepang melalui jalur perdagangan dan migrasi. Temuan arkeologis di situs seperti Minami-Shiga menunjukkan bahwa gasing ini pernah digunakan dalam ritual spiritual pada periode Nara. Pada masa itu, putaran gasing dipercaya dapat meramal nasib dan menandakan keberuntungan. Artinya sejak awal, koma bukan hanya permainan tapi juga memiliki fungsi spiritual dan sosial.

Memasuki era Edo (1603–1867), koma mengalami transformasi. Dari benda sakral, ia beralih menjadi permainan rakyat yang sangat populer di kalangan anak-anak dan dewasa. Permainan ini bahkan memiliki warna-warna simbolik merah untuk kesehatan, hitam untuk kekuatan, kuning melambangkan kekayaan, hijau untuk panen yang baik, dan ungu sebagai simbol kebangsawanan. Koma juga mulai berkembang dalam berbagai bentuk dan variasi di seluruh Jepang, seperti Hakata koma dari Fukuoka dan Jindai koma dari Miyazaki.


Ilustrasi Koma Periode Edo


Keterampilan dan Estetika di Balik Putaran

Koma dibuat dengan presisi tinggi menggunakan kayu ringan, lalu dihias secara manual dengan pola spiral dan warna-warna cerah. Beberapa jenis koma bahkan dilengkapi inti logam untuk menciptakan keseimbangan dan putaran yang lebih lama, seperti pada Hakata koma. Bentuk ini menunjukkan keahlian para pengrajin lokal dan sekaligus mencerminkan estetika Jepang yang mengutamakan kesederhanaan, fungsionalitas, dan keindahan dalam detail.

Selain fungsinya, setiap koma adalah karya seni miniatur yang mencerminkan budaya daerah asalnya. Tak heran jika banyak kolektor dan wisatawan menjadikan gasing ini sebagai suvenir yang mewakili nilai-nilai Jepang.


Koma dengan Berbagai Warna 


Makna Mendalam dan Fungsi Sosial

Lebih dari sekadar alat bermain, koma membawa berbagai simbolisme yang dalam. Putarannya merepresentasikan kelangsungan hidup, harapan, dan keseimbangan. Dalam konteks budaya Jepang, hal-hal kecil seperti bermain gasing bisa memiliki makna filosofis yang besar. Saat berputar stabil koma mencerminkan harmoni hidup, ketika terjatuh itu bisa menjadi pengingat tentang pentingnya keseimbangan dan ketekunan.

Pada masa Edo, pertandingan gasing antar anak-anak bisa juga dianggap sebagai media pembentukan karakter, di mana mereka belajar tentang sportivitas, keberanian, dan teknik. Permainan ini mempererat hubungan sosial antar komunitas dan menjadi jembatan antar generasi antara kakek yang mengajari cucunya memutar koma, hingga festival desa yang rutin mengadakan lomba gasing tahunan.


Anak-anak Bermain Koma


Koma di Zaman Modern

Di tengah era digital dan permainan daring, koma masih menemukan tempatnya di Jepang modern. Banyak daerah yang secara rutin mengadakan festival dan lomba koma sebagai bagian dari pelestarian budaya. Di wilayah-wilayah seperti Ooyama, kompetisi gasing disambut meriah, bahkan menjadi atraksi wisata lokal menunjukkan bahwa semangat bermain dan tradisi tersebut belum pudar.

Tak hanya sebagai permainan, koma juga hadir dalam bentuk workshop edukatif di museum atau sekolah, mengajarkan anak-anak tentang kerajinan tradisional dan nilai budaya. Selain itu, koma menjadi cenderamata khas Jepang yang unik paduan antara kerajinan tangan, simbol budaya, dan nostalgia.


 Pertandingan Koma di Ooyama Jepang 


Itulah sekilas tentang koma, mainan tradisional Jepang yang tetap eksis hingga kini. Gimana, Mina-san? Ada yang ingin coba memainkannya atau mulai koleksi koma khas Jepang yang unik dan penuh cerita?


Sumber:
https://www.tgrcampaign.com/read/730/yuk-kenalan-dengan-gasing-ala-jepang-yaitu-koma
https://www.fun-japan.jp/id/articles/14022
https://shinpaideshou.com/2015/05/01/fun-link-friday-spinning-tops/
https://www.kyoto-ga.jp/2011/04/01_0904.html
https://www.townnews.co.jp/0405/2012/10/12/160993.html


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com




Senin, 16 Juni 2025

Satori Pedia: Hiyayakko, Kesegaran Tahu Dingin Khas Jepang di Musim Panas

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Musim panas di Jepang identik dengan makanan segar dan ringan yang bisa membantu menyejukkan tubuh. Salah satu hidangan yang paling populer saat cuaca panas adalah Hiyayakko (冷奴) tahu dingin yang disajikan tanpa dimasak, namun tetap kaya rasa dan gizi.

Apa Itu Hiyayakko?

Hiyayakko adalah sajian tradisional Jepang berupa tahu sutra dingin yang dipotong dadu dan diberi aneka topping. Biasanya disajikan sebagai makanan pendamping atau pembuka, terutama saat musim panas karena menyegarkan dan mudah dibuat.

Kata "hiya" berarti dingin, sedangkan "yakko" merujuk pada bentuk potongan tahu dalam budaya kuliner tradisional Jepang. Gabungan keduanya menciptakan makna "tahu dingin dalam potongan persegi".


Hiyayakko 


Toping Populer Hiyayakko 

Cita rasa Hiyayakko sangat bergantung pada topping-nya. Beberapa topping tradisional antara lain:

- Daun bawang cincang
- Katsuobushi (ikan bonito kering yang diserut)
- Jahe parut
- Kecap asin (shoyu)
- Daun shiso atau rumput laut
- Umeboshi (acar plum Jepang)

Di zaman modern, variasi topping juga semakin beragam termasuk bahan vegan seperti wijen, jamur, atau kimchi.


Bahan-Bahan Toping Hiyayakko 


Sehat dan Praktis

Hiyayakko bukan hanya menyegarkan tapi juga menyehatkan. Tahu mengandung protein nabati tinggi, rendah kalori, dan cocok untuk diet. Karena tidak dimasak, nilai gizinya tetap terjaga dan pembuatannya sangat praktis cukup ambil dari kulkas, tambahkan topping, dan siap disajikan.


Variasi Hiyayakko 


Salah Satu Simbol Makanan Musim Panas ala Jepang

Lebih dari sekadar makanan, Hiyayakko mencerminkan kesederhanaan dan keanggunan kuliner Jepang. Hidangan ini cocok disandingkan dengan nasi putih, sup miso, atau bahkan sebagai camilan ringan saat suhu naik.


Meja Makan Musim Panas Jepang 


Nah, itulah sekilas kisah menarik tentang Hiyayakko, hidangan tahu dingin khas Jepang yang menyegarkan dan penuh cita rasa sederhana. Bagaimana dengan kalian, mina-san? Apakah tertarik mencicipi Hiyayakko di musim panas ini, atau bahkan mencoba membuat versi kreasi kalian sendiri di rumah?


Sumber:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Hiyayakko
https://www.foodinjapan.org/japan/hiyayakko/
https://chefjacooks.com/en/hiyayakko-chilled-tofu/


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com