Sabtu, 27 November 2021

Press Release : Webinar Kewirausahaan

Tepat pada Hari Sabtu (27/11/2021), telah sukses dilaksanakan acara Webinar Kewirausahaan Hima Satori dengan tema “Menumbuhkan Jiwa Bisnis bagi Pemuda di Tengah Pandemi”. Acara ini ditaja oleh Divisi Kewirausahaan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting.

Acara ini dihadiri oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang, dan dimulai pada pukul 09.00 WIB. Acara ini diawali dengan pembukaan oleh MC yaitu Rizka Zhuriana Damanik, kemudian pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an oleh Sri Puja Rahayu, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mahasiswa oleh peserta Webinar Kewirausahaan, dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari Sultan Rafliansyah Harahap selaku Ketua Pelaksana, Edwin Adetama selaku Bupati Hima Satori, dan Muhammad Armizul selaku Gubernur Mahasiswa BEM FKIP. Selanjutnya, doa yang dipimpin oleh Fernando Sholihin.
Setelah pembacaan doa, acarapun dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Abdul Latief, S.E.
Setelah pemateri selesai dalam menyampaikan materi, acara dilanjutkan degan pemberian plakat untuk pemateri oleh Sultan Rafliansyah Harahap.
Kemudian, acara kembali dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Arif Rahman Syafe’i, selaku pemateri.

Setelah pemateri selesai dalam menyampaikan materi, acara dilanjutkan dengan pemberian plakat untuk pemateri oleh Sultan Rafliansyah Harahap. Acarapun dilanjutkan dengan penutupan oleh MC.
Semoga dengan adanya acara Webinar Kewirausahaan Hima Satori ini dapat meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan jiwa bisnis di tengah pandemi ini. 頑張って!

Penulis : Rimanda Agustina
Penyunting : Aliyah Aziz 

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Jangan lupa ikuti kami di 👇
Facebook : Hima Satori Fkipur 
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Sabtu, 20 November 2021

Press Release : Kajian Akbar

Tepat pada hari Sabtuu (20/11/2021), Kajian Akbar yang ditaja oleh Divisi Kerohanian Hima Satori telah sukses dilaksanakan. Acara ini mengambil tema “Pemuda Baper (Bawa Perubahan)-Tumbuhkan Iman Membangun Negeri”. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui media video conference Zoom Meeting.

Kajian ini bersifat terbuka untuk umum dan dimulai pada pukul 13.45 WIB. Acara ini diawali dengan pembukaan oleh MC yaitu Arif Syahbani, kemudian pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh saudara Leo Andalas, kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Edwin Adetama selaku Bupati Hima Satori dan Muhammad Fazlan selaku Ketua Pelaksana.
Setelah penberian kata sambutan, acara pun dilanjutkan dengan penyampaian materi kajian oleh Ustadz Yasril Mahendra.
Setelah Ustadz Yasril Mahendra menyampaikan materi kajian, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Ustadz Yasril Mahendra, kemudian Kajian Akbar ini diakhiri dengan kalimat penutup oleh MC.
Semoga dengan adanya Kajian Akbar Hima Satori ini, dapat meningkatkan pengetahuan kita dan juga menumbuhkan iman dalam membangun negeri.

Penulis : Sepdian
Penyunting : Rimanda Agustina

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Jangan lupa ikuti kami di 👇

Facebook : Hima Satori Fkipur 
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Jumat, 12 November 2021

Satoripedia: Tradisi Memandang Bulan di Jepang, Tsukimi

Minasan, Konnichiwa!
Kembali bersama Admin di postingan Satoripedia. Kali ini kita akan membahas tentang Tsukimi. Kira-kira apa sih Tsukimi itu?

Menurut wikipedia, Tsukimi adalah salah satu festival di Jepang yang berasal dari dua kata, yakni tsuki yang berarti bulan dan mi yang berarti melihat. Tsukimi juga dikenal dengan istilah otsukimi. Dengan kata lain, tsukimi atau otsukimi adalah festival menikmati pemandangan bulan. Tsukimi ini biasa diselenggarakan di pertengahan musim gugur tiap tanggal 15 bulan kedelapan pada kalender bulan. Pada kalender internasional, festival tsukimi biasa jatuh pada bulan September.

Festival tsukimi merupakan akulturasi dari budaya Tiongkok pada masa Heian. Orang Jepang kala itu berkumpul di bawah sinar rembulan sembari membacakan puisi. Tsukimi juga terkait dengan cerita rakyat Jepang yang berjudul "Kelinci di Bulan".

Pada pelaksanaan tsukimi, masyarakat Jepang akan melakukan dekorasi pada vas dengan susuki atau rumput khas Jepang dengan bunga-bunga musim gugur. Mereka juga akan meletakkan kue dango (semacam kue tepung) dan satoimo (ubi-ubian Jepang) di altar sebagai persembahan kepada bulan. Setelah itu mereka memandangi bulan untuk menikmati keindahannya. Saat ini, Tsukimi sangat populer di Jepang sehingga beberapa orang melakukan kegiatan tersebut selama beberapa malam setelah munculnya bulan purnama. Hal ini juga disebut sebagai Chushu no Meigetu (中秋の名), Festival Harvest Moon atau Festival Pertengahan Musim Gugur.

Kebiasaan melihat bulan di Jepang ini adalah momen kontemplatif untuk bersyukur dan merayakan keindahan alam. Karena bulan purnama memiliki teka-teki misterius yang membangkitkan rasa rindu, Tsukimi memiliki arti yang puitis dan khusyuk. Tradisi lain dari Tsukimi ada yang unik lho, yaitu makan kue beras yang disebut Tsukimi dango untuk merayakan keindahan bulan. Produk musiman juga ditampilkan sebagai persembahan ke bulan. Ubi jalar ditawarkan pada bulan purnama, sedangkan kacang-kacangan atau kastanye ditawarkan pada bulan purnama pada bulan berikutnya. Nama-nama alternatif dari perayaan tersebut, Imomeigetsu (berarti "bulan panen kentang") dan Mamemeigetsu (berarti "bulan panen kacang") atau Kurimeigetsu (berarti "bulan panen kastanye") berasal dari persembahan ini.
Melihat bulan di musim gugur, atau tsukimi, telah lama menjadi hiburan populer di Jepang. Secara tradisional itu adalah cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas panen yang baik dan harapan untuk karunia serupa di masa depan. Pada kalender lunar lama, bulan purnama muncul pada malam kelima belas (jūgoya) setiap bulan. Malam terbaik dalam setahun untuk mengamati benda angkasa dikatakan sebagai malam kelima belas bulan kedelapan kalender lunar, yang dikenal sebagai jūgoya no tsukimi. (Pada tahun 2020, ini tanggal 21 September.) Sejak zaman kuno, penulis Jepang telah mengidentifikasi bulan September sebagai waktu terbaik untuk melihat bulan, karena saat itu sangat cerah. Diperkirakan bahwa kita dapat mengungkapkan rasa terima kasih atas panen tahun ini dan harapan untuk tahun yang akan datang.

Sejarah Singkat Tsukimi
Tradisi Tsukimi berasal dari periode Heian, dari tahun 794 hingga 1185 M. Diperkirakan bahwa pesta melihat bulan berawal dari diperkenalkannya Festival Pertengahan Musim Gugur Tiongkok kepada elit aristokrat, yang akan berkumpul untuk mendengarkan musik dan membacakan lagu atau mengarang. puisi oleh cahaya bulan. Beberapa akan naik perahu untuk melihat pantulan bulan. Menurut perhitungan tradisional, musim gugur terjadi dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan. Titik tengah musim yang tepat, malam kelima belas bulan kedelapan, disebut chūsh (pertengahan musim gugur), jadi nama lain untuk bulan purnama malam itu adalah chūsh no meigetsu (bulan pertengahan musim gugur).

Pada tahun 1600-an, kebiasaan tersebut menjadi populer di kalangan penduduk sipil juga, di mana hal itu menjadi terkait dengan tradisi yang ada di mana sebagian hasil panen padi dipersembahkan kepada para dewa. Hingga tahun 1683, bulan purnama selalu jatuh pada hari ketiga belas setiap bulannya. Pada tahun itu, kalender diubah sehingga bulan purnama jatuh pada tanggal lima belas. Pesta melihat bulan kemudian akan terjadi sepanjang bulan – beberapa pada tanggal tiga belas, yang lain pada tanggal lima belas, perayaan regional pada tanggal tujuh belas, dan perayaan agama Buddha pada tanggal dua puluh tiga atau dua puluh enam. Perayaan ini berhenti ketika periode Meiji dimulai pada tahun 1868.

Tsukimi telah menjadi praktik populer bahkan di kalangan rakyat jelata, dan terkait erat dengan tradisi festival musim gugur yang melibatkan persembahan syukur berupa beras yang baru dipanen kepada para dewa. Tempat di mana orang berkumpul untuk melihat bulan, seperti berkita atau jendela, dikenal sebagai tsukimdai. Secara tradisional didekorasi dengan persembahan seperti kue beras yang disebut tsukimi-dango dan diproduksi seperti talas serta susuki, atau rumput pampas. Mungkin juga ada pertunjukan khusus yang terkait dengan upacara minum teh atau ikebana.

Festival ini adalah perayaan yang memiliki makna yang dalam. Karena melibatkan makanan tradisional, dekorasi, dan keindahan alam. Beberapa pengamat juga mengunjungi kuil, membakar dupa, atau membuat persembahan makanan kepada dewa-dewa Shinto. Hari ini, beberapa orang mengulangi kebiasaan selama beberapa hari setelah bulan purnama daripada hanya pada malam bulan purnama. Ketika bulan tidak terlihat pada waktu festival, perayaan tetap diadakan. Mereka disebut sebagai Mugetsu atau Ugetsu, yang masing-masing berarti "tidak ada bulan" dan "bulan hujan".

Kebiasaan Tsukimi melibatkan makan sejenis pangsit beras yang disebut Tsukimi dango, makanan manis yang mirip dengan mochi. Pangsitnya berbentuk bulat dan putih dan konon merayakan keindahan bulan. Makan mereka di malam bulan purnama dianggap membawa kesehatan dan kebahagiaan yang baik di tahun mendatang. Makanan tradisional lainnya termasuk kue bulan. Bahkan restoran cepat saji menjual hidangan telur khusus selama waktu ini, seperti sandwich telur atau Tsukimi soba atau Tsukimi udon – mie rebus dengan nori, kaldu, dan telur mentah, yang dianggap menyerupai bulan. Makanan tambahan – hasil musiman – disajikan sebagai persembahan kepada bulan itu sendiri. Ubi jalar disiapkan sebagai persembahan untuk bulan purnama, kastanye dan kacang-kacangan untuk bulan lilin. Taro, edamame, dan sake juga dapat dikonsumsi atau ditawarkan. Karena itu, perayaan tersebut dapat disebut sebagai Imomeigetsu, Mememeigetsu, atau Kurimeigetsu, masing-masing bulan panen kentang, kacang, kastanye. Secara tradisional, doa untuk panen yang melimpah mengiringi kebiasaan ini.
Zaman sekarang pun tradisi mendalami tsukimi tetap ada, meskipun banyak tradisi telah disesuaikan dengan kebiasaan modern. Banyak kuil dan kuil di seluruh Jepang merayakan acara Tsukimi dengan pertunjukan seperti tarian tradisional dan pembacaan puisi dari era Heian. Jika kita berada di Jepang selama Tsukimi, kita mungkin dapat mengunjungi beberapa kuil atau kuil yang menawarkan aktivitas melihat bulan. Beberapa taman terkenal bahkan menawarkan wahana perahu di mana kita dapat menikmati bulan yang berkilauan di atas air.
Bulan di musim gugur terlihat sangat indah. Kamu juga bisa melihat bulan bersama orang terkasih dan mengakatan "tsuki ga kirei" yang juga berarti "Aku cinta kamu". Ada orang yang mau kamu ajak melihat bulan bersama?

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Penyunting ' Aliyah Aziz

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Minggu, 07 November 2021

Press Release : Ekspresi 1 Hima Satori

Tepat pada hari Sabtu (06/11/2021), telah sukses dilaksanakannya acara Ekspresi 1 Hima Satori. Acara ini dilaksanakan secara semi daring di ruang I3 FKIP Universitas Riau dan juga melalui media video Conference, Zoom Meeting.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari DPM FKIP dan juga perwakilan dari Hima lainnya. Acara di mulai pada pukul 09.00 WIB yang di awali dengan pembukaan oleh MC yaitu Nur Aulia, lalu kemudian pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an oleh Muhammad Fazlan, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mahasiswa oleh peserta Ekspresi 1 yang dipimpin oleh Erma Putriyani. Kemudian, dilanjutkan kata sambutan dari Tasya Hendri Putri selaku Ketua Pelaksana, Edwin Adetama selaku Bupati Hima Satori, dan kata sambutan sekaligus membuka acara oleh Abrar Bayu Samudra selaku Ketua Umum DPM FKIP UNRI. Kemudian acara dilanjutkan dengan Do'a yang dipimpin oleh Wira Akbar Al Azhar.
Memasuki acara inti yakni penyampaian materi mengenai "Manajemen Organisasi dan Manajemen Waktu" oleh Sherly Helena selaku Pemateri 1, kemudian dilanjutkan dengan Penyampaian materi mengenai "Manajemen Kesekretariatan Organisasi" oleh Suryani Yayuk Saputri selaku Pemateri 2, dan dilanjutkan dengan Penyampaian mengenai "Leadership" oleh Muhammad Armizul C selaku Pemateri 3.
Setelah Pemateri 1, Pemateri 2, dan Pemateri 3 menyampaikan materi, Acara dilanjutkan dengan Pemberian plakat untuk pemateri oleh Tasya Hendri Putri. Acara pun dilanjutkan di keesokan hari untuk materi selanjutnya.

Lalu pada hari Minggu (07/11/2021), acara Ekspresi 1 Hima Satori kembali dilanjutkan dengan Pembukaan dari MC, kemudian dilanjutkan dengan Penyampaian materi mengenai "Advokasi" oleh Muhammad Untung Saputra selaku Pemateri 4, dan dilanjutkan dengan Penyampaian materi mengenai "Administrasi Keuangan Organisasi" oleh Dephy Purwasari selaku Pemateri ke 5.
Setelah Pemateri 4 dan Pemateri 5 menyampaikan materi, Acara dilanjutkan dengan Pemberian plakat untuk Pemateri oleh Tiara Pertiwi dan Erma Putriyani. Dengan diberikannya plakat kepada Pemateri, Acara Ekspresi 1 diakhiri dengan kalimat penutup oleh MC.

Semoga dengan adanya Acara Ekspresi 1 Hima Satori ini, dapat meningkatkan pengetahuan lebih baik dalam hal Organisasi untuk generasi Hima kedepannya. 頑張って!

Penulis : Nur Awfiah Nadhila
Penyunting : Aliyah Aziz

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Senin, 01 November 2021

Satoripedia : Seiza, Tata Cara Posisi Duduk ala Orang Jepang.

Minasan, konnichiwa!
Kembali lagi bersama Admin di postingan SatoriPedia. Kali ini, kita akan membahas tentang Seiza.
Gambar diatas merupakan posisi duduk yang disebut dengan Seiza. Bagi yang pernah mengikuti kegiatan beladiri Karate, atau olahraga beladiri asal Jepang lainnya pasti sudah tidak asing lagi dengan posisi yang satu ini. Jepang memang negara dengan banyak sekali kebudayaan dan tradisi menarik, ya?

Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, di Jepang, duduk di bawah dan bukan di kursi dianggap sebagai perilaku yang sangat sopan.  

Namun untuk duduk di lantai juga ada aturannya dan tata cara khususnya. Dalam bahasa Jepang disebut Seiza. Seiza dapat diartikan sebagai duduk dengan posisi yang dengan tepat. 

Seiza merupakan cara formal dan sopan ketika duduk di rumah tradisional Jepang yang berlantaikan tatami. Tatami adalah tikar tradisional Jepan yang terbuat dari tenunan Jerami. 
Untuk duduk secara seiza, seseorang harus meletakan lututnya di lantai sehingga kaki terlipat kebelakang. Kemudian bokong diistirahatkan di atas kaki. Bagian atas kaki harus rata dengan lantai. Cara duduk seperti ini jelas sangat menyakitkan bagi mereka yang tidak terbiasa. Maka dari itu orang-orang di Jepang sudah diajarkan tata cara duduk ini dari usia muda.

Tradisi seiza dikenal sejak adanya budaya minum teh orang-orang Jepang di masa Muromachi (1392–1573), hingga pada masa Edo (1603–1868), tradisi ini akhirnya ditetapkan sebagai cara duduk yang paling tepat untuk situasi-situasi formal di Jepang.

Dalam beberapa pertemuan atau upacara-upacara resmi, Seiza menjadi cara duduk yang wajib di Jepang. Sehingga seiza diperuntukkan pada semua masyarakat di Jepang terkecuali mereka yang memiliki keterbatasan fisik. 

Di Jepang ada tradisi tentang tata cara duduk yang sudah menjadi budaya di kalangan masyarakatnya, mereka menyebutnya dengan Seiza atau duduk dengan tepat. Ini adalah cara formal dan sopan ketika duduk di rumah tradisional Jepang yang berlantaikan tatami, tikar tradisional Jepang yang dibuat dari jerami yang ditenun.

Seiza bukan dilatih dengan latihan fisik, melainkan kebiasaan yang membuat seseorang akhirnya terbiasa untuk duduk dengan cara tersebut. Dan banyak sekali orang Jepang yang sudah terbiasa duduk dengan posisi seiza dan terasa nyaman untuk jangka waktu yang cukup lama. Bahkan beberapa orang tersebut duduk seiza di waktu luang mereka.
Apakah teman-teman terbiasa melakukan Seiza?

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Penyunting ' Aliyah Aziz

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Youtube : Hima Satori 
Website : Click here 
Email : Click here