Jumat, 24 Desember 2021

Satoripedia: Oshogatsu, Perayaan Tahun Baru di Jepang

Minnasan, Konnichiwa!
Kembali bersama Admin di postingan Satoripedia. Pada postingan kali ini Admin akan membahas tentang Oshogatsu (正月). Kira-kira, apakah teman-teman sudah ada yang tahu tentang Oshogatsu ? Kalau belum, ayo ikuti Admin agar bisa tahu lebih lanjut! 

Menurut Wikipedia, Tahun baru (正月 shōgatsu) di Jepang dirayakan tanggal 1 januari dan berlangsung hingga tanggal 3 januari. Dalam Bahasa Jepang, kata "shōgatsu" dulunya dipakai untuk nama bulan pertama dalam setahun, tapi sekarang hanya digunakan untuk menyebut tiga hari pertama pada awal tahun.

Istilah "shōgatsu" juga digunakan untuk periode matsu no uchi (松の内) atau masa hiasan daun pinus (matsu) boleh dipajang. Di daerah Kanto, matsu no uchi berlangsung dari tanggal 1 Januari hingga 7 Januari, sedangkan di daerah Kansai berlangsung hingga koshōgatsu (小正月, tahun baru kecil) tanggal 15 Januari.

Tanggal 1 Januari adalah hari libur resmi di Jepang, tapi kantor pemerintah dan perusahaan swasta tutup sejak tanggal 29 Desember hingga 3 Januari. Bank dan lembaga perbankan tutup dari tanggal 31 Desember hingga 3 Januari, kecuali sebagian ATM yang masih melayani transaksi.

Oshogatsu merupakan periode tahun baru di Jepang. Dimana pada periode ini, masyarakat Jepang akan mempersiapkan akhir tahun dengan melakukan beberapa tradisi yang telah ada sejak lama sebagai bentuk perayaan tahun baru.

Berikut merupakan beberapa tradisi yang lazim dijalankan pada saat tahun baru.

1.Omisoka (大晦日)
Omisoka diadakan pada saat malam tahun baru. Sebelum memulai tahun baru, biasanya keluarga di Jepang melakukan osoji (Bersih-bersih masal). Hal ini dilakukan guna menyambut tahun baru dengan pikiran yang segar. Kemudian hal ini akan dilanjutkan dengan persiapaoan Osechi Ryori, dan juga dekorasi untuk perayaan tahun baru.

2.Osechi Ryori (おせち料理)
Osechi Ryori merupakan makanan tradisional Jepang yang dikemas dalam bento. Kotak bento yang digunakan juga lebih megah dari biasanya, berbeda dengan biasanya, bento ini dapat ditumpuk hingga 3-4 lapis, dimana kemudian akan diletakkan di tengah meja. Kotak bento berlapis ini lazim disebut Jubako.

Setelah itu, orang yang berkumpul dapat menikmati hidangan ini bersama-sama. Konten makanan dalam bento ini juga merepresentasikan harapan untuk tahun kedepannya.

3.Joya no Kane (除夜の鐘)
Tengah malam menjelang tahun baru, kita dapat mendengar bunyi bel yang menggema. Bunyi ini berlangsung selama 1 hingga 2 jam. Tradisi ini merupakan salah satu ritual terpenting bagi kuil berbasis agama Buddha di Jepang. Melihat jumlah kuil yang relatif banyak, kita seharusnya dapat mendengar bunyi lonceng ini dari berbagai tempat.

Lonceng ini dibunyikan sebanyak 108 kali. Hal ini disebebkan karena, dalam agama Buddha. Kita manusia, diselimuti oleh 108 jenis perasaan dan keinginan duniawi, hal ini lazim disebut Bonnou. Setiap pukulan ke lonceng ditujukan untuk melenyapkan bonnou kita satu per satu.


4.Toshikoshi Soba (年越し蕎麦)
Toshikoshi Soba merupakan mi yang terbuat dari gandum.

Dalam pembuatan soba, adonannya akan ditarik renggang, yang kemudian akan dipotong ke dalam bentuk yang panjang dan tipis. Hal ini mensimbolisasikan hidup panjang dan sehat.

Soba juga lebih mudah dipotong apabila dibandingkan dengan jenis mi yang lain, ini merupakan sebuah pengharapan untuk memotong segala kesukaran pada tahun lalu.

5.Otoshidama (お年玉)
Otoshidama identik dengan perayaan tahun baru China. Mungkin kalian akan terbayang setelah mendengar kata “angpao”.

Dalam tradisi ini, biasanya anak-anak mendapat surat dari relasi dekatnya, misal saudara ataupun keponakan. Nah, surat ini berisikan uang, dan isinya rata-rata bisa mencapai 5.000 yen. Isi uangnya biasanya bertambah setiap tahunnya, tergantung dari usia anaknya.

6.Hatsumode (初詣)
Hatsumode merupakan kunjungan pertama ke kuil, biasanya dilaksanakan pada beberapa hari awal setelah memasuki tahun baru. Pada kesempatan ini, keluarga dan saudara dapat mengucap doa, mengharapkan keberuntungan akan datang memberkati mereka. Beberapa kuil juga turut menyelenggarakan festival, stand-stand disana menjual makanan, omikuji (Ramalan yang tertulis dalam kertas), dan juga jimat. Jimat ini dipercaya dapat membawa kesuksesan.

7.Nengajo(年賀状)
Nengajo merupakan jenis kartu ucapan yang biasa dikirim ke teman pada saat akhir tahun. Kartu ini dikirim ke kantor pos pada tanggal 31, dan akan dibagikan pada tanggal 1 Januari.

Kartu ini biasanya dimulai dengan tulisan “Akemashite Omedetou Gozaimasu!” (Selamat tahun baru), dan dilanjutkan dengan apresiasi atas bantuan untuk tahun yang akan mendatang. Sebagai tambahan, ada kalanya kartu ini diisikan dengan foto keluarga, dan juga lambang zodiac China.

Menurut Primaindisoft, Perayaan tahun baru di Jepang dimulai pada tanggal 1 hingga 3 Januari. Berbagai jenis permainan tradisional pun dimainkan, tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Dari sekian banyak pilihan permainan, berikut ini adalah 5 di antaranya:

1.Hanetsuki
Hanetsuki bisa dibilang merupakan olahraga tradisional khas Jepang yang mirip dengan bulu tangkis. Permainan ini dilakukan oleh dua orang yang menggunakan raket bernama hagoita dengan kok yang dibuat dari bahan biji buah mukuroji. Hanya saja, permainan ini dilakukan tanpa menggunakan jaring. Masyarakat Jepang jika permainan ini bisa membawa nasib baik.

2.Karuta
Permainan tradisional yang dilakukan ketika event event tahun baru di Jepang selanjutnya adalah karuta. Permainan tradisional ini merupakan permainan menggunakan kartu bergambar yang setidaknya dilakukan oleh 3 orang. Dulunya, karuta merupakan permainan yang hanya dimainkan oleh kaum bangsawan. Namun, sekarang banyak masyarakat umum yang menyukai permainan ini.

3.Fukuwarai
Fukuwarai jadi permainan tradisional khas Jepang yang menarik, dilakukan seperti ketika bermain tempel ekor keledai. Hanya saja, gambar yang digunakan adalah gambar wajah wanita yang lucu, kerap disebut okeme atau otafuku. Hanya saja, gambar-gambar itu dibuat terpisah, tanpa disertai alis, hidung, mata, atau bibir.

4.Takoage
Bermain takoage atau layang-layang menjadi tradisi berikutnya yang masih dilakukan oleh rakyat Jepang setiap acara tahun baru. Layang-layang tersebut biasanya dibuat dengan desain yang unik dan lucu dengan tujuan agar memperoleh nasib baik.

5.Koma
Koma atau gasing menjadi permainan tradisional yang begitu populer setiap acara tahun baru. Bagi masyarakat Jepang, keberadaan koma tak hanya menjadi permainan yang menarik. Koma juga punya nilai filosofi tersendiri. Kemampuan koma yang mampu berdiri tegak diibaratkan sebagai sosok laki-laki dewasa yang bertanggung jawab.

Bagaimana teman-teman, menarik bukan Oshogatsu ini? Mimin sendiri jadi ikutan tertarik, nih ! Jadi penasaran, bagaimana ya kalau melihat secara langsung?

Terima kasih sudah mengunjungi laman blog kami dan membacanya sampai akhir. Semoga blog ini dapat memberikan manfaat dan sampai jumpa di postingan berikutnya, ya!

Penyunting ' Ridho Akbar

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Facebook : Hima Satori Fkipur
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Jumat, 10 Desember 2021

Satoripedia: Natsu Matsuri, Festival Musim Panas di Jepang

Minnasan, Konnichiwa!
Kembali bersama Admin di postingan Satoripedia. Pada postingan kali ini Admin akan membahas tentang natsu matsuri (夏祭り). Kira-kira, apakah teman-teman sudah ada yang tahu tentang natsu matsuri ? Kalau belum, ayo ikuti Admin agar bisa tahu lebih lanjut! 

Menurut Wikipedia, matsuri () adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual untuk kami (sebutan untuk dewa di Jepang). Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di Jepang.

Natsu matsuri jika diterjemahkan berarti 'festival musim panas' (natsu berarti musim panas; matsuri berarti festival). Festival-festival ini diselenggarakan untuk memperingati berbagai hal, mulai dari sebagai penghormatan kepada Dewa di kuil, perayaan musiman, dan peringatan sejarah. Beberapa festival bahkan diselenggarakan selama berhari-hari. 

Melalui kegiatan festival musim panas ini, teman-teman dapat merasakan pengalaman budaya dan energi dari masyarakat Jepang, lho. Tidak lupa pula ciri khas pakaiannya yaitu mengenakan yukata ketika pergi berkunjung ke festival tersebut. Oleh karena itu, pastikan teman-teman mengunjungi salah satu festival ini ketika berkunjung, ya! 


3 (tiga) Festival Musim Panas Terbesar di Jepang Bulan Agustus

1. Festival Nebuta
Festival Nebuta merupakan salah satu festival Jepang terbesar yang diadakan di Prefektur Aomori. Nebuta sendiri adalah lentera ukuran raksasa yang dibuat dari kerangka kayu berlapis washi yang umumnya berbentuk boneka pemeran kabuki atau hewan. Nebuta diusung dengan kendaraan hias untuk berpawai di jalan-jalan. Festival ini termasuk salah satu acara menyambut tanabata. Setiap tahunnya, festival spektakuler dan dinamis ini menarik lebih dari tiga juta orang pengunjung.

2. Festival Awaodori
Festival Awaodori menjadi festival tari tradisional terbesar di Jepang yang diadakan setiap pertengahan Agustus di Prefektur Tokushima, wilayah Shikoku dan menarik sekitar satu juta pengunjung setiap tahun. Di dalamnya, awaodori akan ditarikan secara beramai-ramai di berbagai kota dan desa untuk menyambut perayaan obon. Penari awa menari dalam kelompok-kelompok yang disebut ren sambil berpawai di jalan-jalan. Nah, satu kelompok penari ini bisa terdiri dari lusinan penari, lho.

3. Festival Yosakoi

Festival Yosakoi menjadi salah satu festival tarian terbesar dari wilayah Shikoku. Festival Yosakoi diadakan di Prefektur Kochi sejak tahun 1954, yang setiap tahunnya diadakan setiap 9 Agustus hingga 12 Agustus.

Festival ini berlangsung selama empat hari, dengan puncak pentas utama pada 10 Agustus dan 11 Agustus. Penari dalam satu kelompok mengenakan kostum berupa happi atau yukata. Kostum dan musik dipilih sesuai selera masing-masing kelompok yang berusaha tampil seunik mungkin.


Yatai Festival Musim Panas di Jepang

1. Yatai Makanan Tradisional Khas Jepang
Salah satu hal yang pasti akan teman-teman temukan di festival musim panas di Jepang adalah yatai. Yatai pada umumnya adalah kios-kios yang menjual makanan tradisional Jepang. Nah, di sini teman-teman dapat menemukan berbagai makanan seperti takoyaki dan dessert dingin kakigori (es serut Jepang).
Salah satu bagian terbaik saat berkunjung ke festival musim panas di Jepang adalah berjalan-jalan di festival sambil makan makanan yang dibeli dari yatai ini. Hal menarik lainnya adalah di yatai ini pengunjung dapat melihat sendiri proses pembuatan takoyaki di atas cetakan besinya. Selain itu, di festival-festival ini Anda juga bisa menikmati berbagai kuliner kaki lima.

2. Yatai Permainan Khas Jepang

Di samping yatai makanan, ada juga yatai yang menyediakan permainan, seperti kingyosukui (memancing ikan mas) dan yo-yo zuri (yo-yo fishing). 

Keunikan permainan ini adalah alat pancing yang digunakan untuk mengambil ikan mas dan balon ini berupa serok yang dibuat dari stik dan kertas tipis yang mudah sobek bila terkena air. Alat ini disebut poi. Ikan mas atau balon air yang berhasil dipancing kemudian bisa dibawa pulang.

Selain itu, di sini juga ada yatai penjual topeng karakter anime yang populer di kalangan anak-anak, serta galeri menembak berhadiah yang cukup diminati oleh kalangan orang dewasa.

Bagaimana teman-teman, menarik bukan natsu matsuri ini? Mimin sendiri jadi ikutan tertarik, nih ! Bagi yang belum pernah mengunjungi natsu matsuri, Mimin doakan semoga cepat kesampaian! 

Terima kasih sudah mengunjungi laman blog kami dan membacanya sampai akhir. Semoga blog ini dapat memberikan manfaat dan sampai jumpa di postingan berikutnya, ya!

Penyunting ' Cecylia

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Facebook : Hima Satori Fkipur
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Jumat, 03 Desember 2021

Satoripedia: Kinkakuji, Kuil Berlapis Emas di Kyoto

Minnasan, Konnichiwa!
Kembali bersama Admin di postingan Satoripedia. Teman-teman, apakah pernah melihat kuil berlapis emas belum? Kalau belum, inilah kuil tersebut yang bernama Kinkakuji (金閣寺). Kira-kira apa sih itu Kinkakuji?

Menurut Wikipedia, Kuil Kinkaku-ji merupakan salah satu warisan budaya dan sejarah Jepang yang juga sudah diakui sebagai salah satu situs warisan budaya dunia. Kinkaku-ji (金閣寺 Kuil Anjungan Emas) adalah nama umum untuk Rokuon-ji (鹿苑寺 Kuil Taman Rusa) yang terletak di Kyoto, Jepang. Tempat yang terkenal dari kuil ini adalah Paviliun Emas (金閣 kinkaku) di dalam tamannya. Hal menarik dari kuil ini adalah seluruh bangunannya dilapisi emas murni, kecuali bagian lantai. 

Sejarah Singkat Kinkakuji
Kinkakuji dibangun pada tahun 1937. Pada tahun tersebut, kuil emas ini diberi nama "kuil Zen". Kuil emas ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa, cucu dari Yoshimitsu. Yoshimitsu sendiri adalah seorang shogun yang memilih untuk menghabiskan hari tuanya di sebuah bangunan yang kini menjadi kuil emas ini. Kuil ini berdiri di sebuah kolam berukuran yang sangat luas dan tepat berada di sebelah kiri kompleks tempat Yoshimitsu pensiun.

Kuil emas ini pernah terbakar beberapa kali termasuk dua kali terbakar ketika Perang Onin yang meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Kyoto. Selanjutnya kuil ini juga pernah dibakar oleh seorang biksu pada tahun 1950. Setelah peristiwa tersebut, kuil emas ini dibangun kembali dan selesai pada tahun 1955.

Setiap lantai dari kuil ini merepresentasikan gaya arsitektur yang berbeda. Lantai pertama menggunakan desain gaya Shinden yang banyak dijumpai pada periode Heian. Ciri khasnya adalah adanya pilar-pilar yang terbuat dari kayu dengan dinding plaster berwarna putih. Sementara lantai dua menggunakan desain Bukke yang banyak dijumpai pada rumah-rumah samurai.

Terakhir, pada lantai teratas, yakni lantai ketiga menggunakan desain hall Zen China. Bagian teratasnya terdapat sebuah patung burung Phoenix. Lantai kedua dan ketiga dari kuil ini dilapisi oleh emas. Berkat keunikannya, kuil ini akhirnya dimasukkan ke dalam salah satu situs warisan budaya dunia.

Kegiatan Seru di Kinkakuji
Teman-teman, kuil emas Kinkakuji ini buka sepanjang tahun loh. Ada banyak hal menarik yang bisa teman-teman lakukan ketika mengunjungi kuil berlapis emas ini. Berikut ini adalah beberapa kegiatan seru yang bisa teman-teman lakukan di kuil yang menjadi salah satu warisan budaya ini.

1. Melihat Keindahan Kuil di Berbagai Musim
Seperti yang sudah Mimin jelaskan sedikit di atas, kuil emas ini buka sepanjang tahun. Artinya kuil ini bisa dikunjungi kapanpun. Sebagai negara dengan empat musim, tentunya pemandangan di kuil berlapis emas ini juga akan berbeda-beda setiap musimnya. Sekeliling kuil yang berupa kolam berukuran luas dengan banyak pohon-pohon memberikan pemandangan yang sangat cantik.

2. Membeli Oleh-oleh Khas Kuil Kinkakuji
Berkunjung ke sebuah tempat wisata tentu kurang lengkap bila tidak membeli oleh-oleh khas berupa souvenir. Begitu pula di kuil emas ini. Terdapat beberapa toko souvenir yang berada di dekat pintu keluar kuil. Di area tersebut tak hanya toko yang menjual souvenir tetapi juga beberapa makanan.
Salah satu makanan yang wajib dicoba menurut Mimin. Disini ada eskrim yang dilapisi dengan emas. Cita rasa eskrim berlapis emas ini sudah sangat terkenal loh, sehingga tokonya pun selalu ramai untuk dikunjungi. Pastikan teman-teman untuk mencoba eskrim berlapis emas ini ketika berkunjung ke kuil ini ya!

3. Berfoto Dengan Latar Kuil Kinkakuji
Nah, siapa nih yang suka selfie atau foto-foto?? Mimin punya nih rekomendasi buat teman-teman ingin berfoto dengan spot yang bagus.
Ya, salah satunya adalah di depan Kolam Cermin atau "Kyoko-chi". Kyoko-chi ini akan memberikan pantulan bayangan kuil emas sehingga foto yang dihasilkan akan semakin keren. Jangan lewatkan untuk berfoto dengan latar belakang kuil dengan pemandangan Kolam Cermin ini. Kolam Cermin ini juga termasuk menjadi salah satu warisan budaya dan sejarah.

Ada banyak sekali loh turis dari berbagai negara yang datang berkunjung ke kuil ini. Kalau dari rekomendasi Mimin, waktu yang paling tepat untuk berkunjung adalah ketika menjelang sore ketika cahaya matahari menerangi kuil membuat warna kuil semakin terang. Hayoo, apakah teman-teman berminat untuk berkujung ke kuil emas ini?

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Penyunting ' Gilang Frisqi Putra Hanafi

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Facebook : Hima Satori Fkipur 
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 







Sabtu, 27 November 2021

Press Release : Webinar Kewirausahaan

Tepat pada Hari Sabtu (27/11/2021), telah sukses dilaksanakan acara Webinar Kewirausahaan Hima Satori dengan tema “Menumbuhkan Jiwa Bisnis bagi Pemuda di Tengah Pandemi”. Acara ini ditaja oleh Divisi Kewirausahaan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting.

Acara ini dihadiri oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang, dan dimulai pada pukul 09.00 WIB. Acara ini diawali dengan pembukaan oleh MC yaitu Rizka Zhuriana Damanik, kemudian pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an oleh Sri Puja Rahayu, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mahasiswa oleh peserta Webinar Kewirausahaan, dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari Sultan Rafliansyah Harahap selaku Ketua Pelaksana, Edwin Adetama selaku Bupati Hima Satori, dan Muhammad Armizul selaku Gubernur Mahasiswa BEM FKIP. Selanjutnya, doa yang dipimpin oleh Fernando Sholihin.
Setelah pembacaan doa, acarapun dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Abdul Latief, S.E.
Setelah pemateri selesai dalam menyampaikan materi, acara dilanjutkan degan pemberian plakat untuk pemateri oleh Sultan Rafliansyah Harahap.
Kemudian, acara kembali dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Arif Rahman Syafe’i, selaku pemateri.

Setelah pemateri selesai dalam menyampaikan materi, acara dilanjutkan dengan pemberian plakat untuk pemateri oleh Sultan Rafliansyah Harahap. Acarapun dilanjutkan dengan penutupan oleh MC.
Semoga dengan adanya acara Webinar Kewirausahaan Hima Satori ini dapat meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan jiwa bisnis di tengah pandemi ini. 頑張って!

Penulis : Rimanda Agustina
Penyunting : Aliyah Aziz 

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Jangan lupa ikuti kami di 👇
Facebook : Hima Satori Fkipur 
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Sabtu, 20 November 2021

Press Release : Kajian Akbar

Tepat pada hari Sabtuu (20/11/2021), Kajian Akbar yang ditaja oleh Divisi Kerohanian Hima Satori telah sukses dilaksanakan. Acara ini mengambil tema “Pemuda Baper (Bawa Perubahan)-Tumbuhkan Iman Membangun Negeri”. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui media video conference Zoom Meeting.

Kajian ini bersifat terbuka untuk umum dan dimulai pada pukul 13.45 WIB. Acara ini diawali dengan pembukaan oleh MC yaitu Arif Syahbani, kemudian pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh saudara Leo Andalas, kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Edwin Adetama selaku Bupati Hima Satori dan Muhammad Fazlan selaku Ketua Pelaksana.
Setelah penberian kata sambutan, acara pun dilanjutkan dengan penyampaian materi kajian oleh Ustadz Yasril Mahendra.
Setelah Ustadz Yasril Mahendra menyampaikan materi kajian, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Ustadz Yasril Mahendra, kemudian Kajian Akbar ini diakhiri dengan kalimat penutup oleh MC.
Semoga dengan adanya Kajian Akbar Hima Satori ini, dapat meningkatkan pengetahuan kita dan juga menumbuhkan iman dalam membangun negeri.

Penulis : Sepdian
Penyunting : Rimanda Agustina

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Jangan lupa ikuti kami di 👇

Facebook : Hima Satori Fkipur 
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Jumat, 12 November 2021

Satoripedia: Tradisi Memandang Bulan di Jepang, Tsukimi

Minasan, Konnichiwa!
Kembali bersama Admin di postingan Satoripedia. Kali ini kita akan membahas tentang Tsukimi. Kira-kira apa sih Tsukimi itu?

Menurut wikipedia, Tsukimi adalah salah satu festival di Jepang yang berasal dari dua kata, yakni tsuki yang berarti bulan dan mi yang berarti melihat. Tsukimi juga dikenal dengan istilah otsukimi. Dengan kata lain, tsukimi atau otsukimi adalah festival menikmati pemandangan bulan. Tsukimi ini biasa diselenggarakan di pertengahan musim gugur tiap tanggal 15 bulan kedelapan pada kalender bulan. Pada kalender internasional, festival tsukimi biasa jatuh pada bulan September.

Festival tsukimi merupakan akulturasi dari budaya Tiongkok pada masa Heian. Orang Jepang kala itu berkumpul di bawah sinar rembulan sembari membacakan puisi. Tsukimi juga terkait dengan cerita rakyat Jepang yang berjudul "Kelinci di Bulan".

Pada pelaksanaan tsukimi, masyarakat Jepang akan melakukan dekorasi pada vas dengan susuki atau rumput khas Jepang dengan bunga-bunga musim gugur. Mereka juga akan meletakkan kue dango (semacam kue tepung) dan satoimo (ubi-ubian Jepang) di altar sebagai persembahan kepada bulan. Setelah itu mereka memandangi bulan untuk menikmati keindahannya. Saat ini, Tsukimi sangat populer di Jepang sehingga beberapa orang melakukan kegiatan tersebut selama beberapa malam setelah munculnya bulan purnama. Hal ini juga disebut sebagai Chushu no Meigetu (中秋の名), Festival Harvest Moon atau Festival Pertengahan Musim Gugur.

Kebiasaan melihat bulan di Jepang ini adalah momen kontemplatif untuk bersyukur dan merayakan keindahan alam. Karena bulan purnama memiliki teka-teki misterius yang membangkitkan rasa rindu, Tsukimi memiliki arti yang puitis dan khusyuk. Tradisi lain dari Tsukimi ada yang unik lho, yaitu makan kue beras yang disebut Tsukimi dango untuk merayakan keindahan bulan. Produk musiman juga ditampilkan sebagai persembahan ke bulan. Ubi jalar ditawarkan pada bulan purnama, sedangkan kacang-kacangan atau kastanye ditawarkan pada bulan purnama pada bulan berikutnya. Nama-nama alternatif dari perayaan tersebut, Imomeigetsu (berarti "bulan panen kentang") dan Mamemeigetsu (berarti "bulan panen kacang") atau Kurimeigetsu (berarti "bulan panen kastanye") berasal dari persembahan ini.
Melihat bulan di musim gugur, atau tsukimi, telah lama menjadi hiburan populer di Jepang. Secara tradisional itu adalah cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas panen yang baik dan harapan untuk karunia serupa di masa depan. Pada kalender lunar lama, bulan purnama muncul pada malam kelima belas (jūgoya) setiap bulan. Malam terbaik dalam setahun untuk mengamati benda angkasa dikatakan sebagai malam kelima belas bulan kedelapan kalender lunar, yang dikenal sebagai jūgoya no tsukimi. (Pada tahun 2020, ini tanggal 21 September.) Sejak zaman kuno, penulis Jepang telah mengidentifikasi bulan September sebagai waktu terbaik untuk melihat bulan, karena saat itu sangat cerah. Diperkirakan bahwa kita dapat mengungkapkan rasa terima kasih atas panen tahun ini dan harapan untuk tahun yang akan datang.

Sejarah Singkat Tsukimi
Tradisi Tsukimi berasal dari periode Heian, dari tahun 794 hingga 1185 M. Diperkirakan bahwa pesta melihat bulan berawal dari diperkenalkannya Festival Pertengahan Musim Gugur Tiongkok kepada elit aristokrat, yang akan berkumpul untuk mendengarkan musik dan membacakan lagu atau mengarang. puisi oleh cahaya bulan. Beberapa akan naik perahu untuk melihat pantulan bulan. Menurut perhitungan tradisional, musim gugur terjadi dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan. Titik tengah musim yang tepat, malam kelima belas bulan kedelapan, disebut chūsh (pertengahan musim gugur), jadi nama lain untuk bulan purnama malam itu adalah chūsh no meigetsu (bulan pertengahan musim gugur).

Pada tahun 1600-an, kebiasaan tersebut menjadi populer di kalangan penduduk sipil juga, di mana hal itu menjadi terkait dengan tradisi yang ada di mana sebagian hasil panen padi dipersembahkan kepada para dewa. Hingga tahun 1683, bulan purnama selalu jatuh pada hari ketiga belas setiap bulannya. Pada tahun itu, kalender diubah sehingga bulan purnama jatuh pada tanggal lima belas. Pesta melihat bulan kemudian akan terjadi sepanjang bulan – beberapa pada tanggal tiga belas, yang lain pada tanggal lima belas, perayaan regional pada tanggal tujuh belas, dan perayaan agama Buddha pada tanggal dua puluh tiga atau dua puluh enam. Perayaan ini berhenti ketika periode Meiji dimulai pada tahun 1868.

Tsukimi telah menjadi praktik populer bahkan di kalangan rakyat jelata, dan terkait erat dengan tradisi festival musim gugur yang melibatkan persembahan syukur berupa beras yang baru dipanen kepada para dewa. Tempat di mana orang berkumpul untuk melihat bulan, seperti berkita atau jendela, dikenal sebagai tsukimdai. Secara tradisional didekorasi dengan persembahan seperti kue beras yang disebut tsukimi-dango dan diproduksi seperti talas serta susuki, atau rumput pampas. Mungkin juga ada pertunjukan khusus yang terkait dengan upacara minum teh atau ikebana.

Festival ini adalah perayaan yang memiliki makna yang dalam. Karena melibatkan makanan tradisional, dekorasi, dan keindahan alam. Beberapa pengamat juga mengunjungi kuil, membakar dupa, atau membuat persembahan makanan kepada dewa-dewa Shinto. Hari ini, beberapa orang mengulangi kebiasaan selama beberapa hari setelah bulan purnama daripada hanya pada malam bulan purnama. Ketika bulan tidak terlihat pada waktu festival, perayaan tetap diadakan. Mereka disebut sebagai Mugetsu atau Ugetsu, yang masing-masing berarti "tidak ada bulan" dan "bulan hujan".

Kebiasaan Tsukimi melibatkan makan sejenis pangsit beras yang disebut Tsukimi dango, makanan manis yang mirip dengan mochi. Pangsitnya berbentuk bulat dan putih dan konon merayakan keindahan bulan. Makan mereka di malam bulan purnama dianggap membawa kesehatan dan kebahagiaan yang baik di tahun mendatang. Makanan tradisional lainnya termasuk kue bulan. Bahkan restoran cepat saji menjual hidangan telur khusus selama waktu ini, seperti sandwich telur atau Tsukimi soba atau Tsukimi udon – mie rebus dengan nori, kaldu, dan telur mentah, yang dianggap menyerupai bulan. Makanan tambahan – hasil musiman – disajikan sebagai persembahan kepada bulan itu sendiri. Ubi jalar disiapkan sebagai persembahan untuk bulan purnama, kastanye dan kacang-kacangan untuk bulan lilin. Taro, edamame, dan sake juga dapat dikonsumsi atau ditawarkan. Karena itu, perayaan tersebut dapat disebut sebagai Imomeigetsu, Mememeigetsu, atau Kurimeigetsu, masing-masing bulan panen kentang, kacang, kastanye. Secara tradisional, doa untuk panen yang melimpah mengiringi kebiasaan ini.
Zaman sekarang pun tradisi mendalami tsukimi tetap ada, meskipun banyak tradisi telah disesuaikan dengan kebiasaan modern. Banyak kuil dan kuil di seluruh Jepang merayakan acara Tsukimi dengan pertunjukan seperti tarian tradisional dan pembacaan puisi dari era Heian. Jika kita berada di Jepang selama Tsukimi, kita mungkin dapat mengunjungi beberapa kuil atau kuil yang menawarkan aktivitas melihat bulan. Beberapa taman terkenal bahkan menawarkan wahana perahu di mana kita dapat menikmati bulan yang berkilauan di atas air.
Bulan di musim gugur terlihat sangat indah. Kamu juga bisa melihat bulan bersama orang terkasih dan mengakatan "tsuki ga kirei" yang juga berarti "Aku cinta kamu". Ada orang yang mau kamu ajak melihat bulan bersama?

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Penyunting ' Aliyah Aziz

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Minggu, 07 November 2021

Press Release : Ekspresi 1 Hima Satori

Tepat pada hari Sabtu (06/11/2021), telah sukses dilaksanakannya acara Ekspresi 1 Hima Satori. Acara ini dilaksanakan secara semi daring di ruang I3 FKIP Universitas Riau dan juga melalui media video Conference, Zoom Meeting.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari DPM FKIP dan juga perwakilan dari Hima lainnya. Acara di mulai pada pukul 09.00 WIB yang di awali dengan pembukaan oleh MC yaitu Nur Aulia, lalu kemudian pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an oleh Muhammad Fazlan, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mahasiswa oleh peserta Ekspresi 1 yang dipimpin oleh Erma Putriyani. Kemudian, dilanjutkan kata sambutan dari Tasya Hendri Putri selaku Ketua Pelaksana, Edwin Adetama selaku Bupati Hima Satori, dan kata sambutan sekaligus membuka acara oleh Abrar Bayu Samudra selaku Ketua Umum DPM FKIP UNRI. Kemudian acara dilanjutkan dengan Do'a yang dipimpin oleh Wira Akbar Al Azhar.
Memasuki acara inti yakni penyampaian materi mengenai "Manajemen Organisasi dan Manajemen Waktu" oleh Sherly Helena selaku Pemateri 1, kemudian dilanjutkan dengan Penyampaian materi mengenai "Manajemen Kesekretariatan Organisasi" oleh Suryani Yayuk Saputri selaku Pemateri 2, dan dilanjutkan dengan Penyampaian mengenai "Leadership" oleh Muhammad Armizul C selaku Pemateri 3.
Setelah Pemateri 1, Pemateri 2, dan Pemateri 3 menyampaikan materi, Acara dilanjutkan dengan Pemberian plakat untuk pemateri oleh Tasya Hendri Putri. Acara pun dilanjutkan di keesokan hari untuk materi selanjutnya.

Lalu pada hari Minggu (07/11/2021), acara Ekspresi 1 Hima Satori kembali dilanjutkan dengan Pembukaan dari MC, kemudian dilanjutkan dengan Penyampaian materi mengenai "Advokasi" oleh Muhammad Untung Saputra selaku Pemateri 4, dan dilanjutkan dengan Penyampaian materi mengenai "Administrasi Keuangan Organisasi" oleh Dephy Purwasari selaku Pemateri ke 5.
Setelah Pemateri 4 dan Pemateri 5 menyampaikan materi, Acara dilanjutkan dengan Pemberian plakat untuk Pemateri oleh Tiara Pertiwi dan Erma Putriyani. Dengan diberikannya plakat kepada Pemateri, Acara Ekspresi 1 diakhiri dengan kalimat penutup oleh MC.

Semoga dengan adanya Acara Ekspresi 1 Hima Satori ini, dapat meningkatkan pengetahuan lebih baik dalam hal Organisasi untuk generasi Hima kedepannya. 頑張って!

Penulis : Nur Awfiah Nadhila
Penyunting : Aliyah Aziz

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Youtube : Hima Satori 
Instagram : @himasatorifkipunri 
Website : Click here 
Email : Click here 

Senin, 01 November 2021

Satoripedia : Seiza, Tata Cara Posisi Duduk ala Orang Jepang.

Minasan, konnichiwa!
Kembali lagi bersama Admin di postingan SatoriPedia. Kali ini, kita akan membahas tentang Seiza.
Gambar diatas merupakan posisi duduk yang disebut dengan Seiza. Bagi yang pernah mengikuti kegiatan beladiri Karate, atau olahraga beladiri asal Jepang lainnya pasti sudah tidak asing lagi dengan posisi yang satu ini. Jepang memang negara dengan banyak sekali kebudayaan dan tradisi menarik, ya?

Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, di Jepang, duduk di bawah dan bukan di kursi dianggap sebagai perilaku yang sangat sopan.  

Namun untuk duduk di lantai juga ada aturannya dan tata cara khususnya. Dalam bahasa Jepang disebut Seiza. Seiza dapat diartikan sebagai duduk dengan posisi yang dengan tepat. 

Seiza merupakan cara formal dan sopan ketika duduk di rumah tradisional Jepang yang berlantaikan tatami. Tatami adalah tikar tradisional Jepan yang terbuat dari tenunan Jerami. 
Untuk duduk secara seiza, seseorang harus meletakan lututnya di lantai sehingga kaki terlipat kebelakang. Kemudian bokong diistirahatkan di atas kaki. Bagian atas kaki harus rata dengan lantai. Cara duduk seperti ini jelas sangat menyakitkan bagi mereka yang tidak terbiasa. Maka dari itu orang-orang di Jepang sudah diajarkan tata cara duduk ini dari usia muda.

Tradisi seiza dikenal sejak adanya budaya minum teh orang-orang Jepang di masa Muromachi (1392–1573), hingga pada masa Edo (1603–1868), tradisi ini akhirnya ditetapkan sebagai cara duduk yang paling tepat untuk situasi-situasi formal di Jepang.

Dalam beberapa pertemuan atau upacara-upacara resmi, Seiza menjadi cara duduk yang wajib di Jepang. Sehingga seiza diperuntukkan pada semua masyarakat di Jepang terkecuali mereka yang memiliki keterbatasan fisik. 

Di Jepang ada tradisi tentang tata cara duduk yang sudah menjadi budaya di kalangan masyarakatnya, mereka menyebutnya dengan Seiza atau duduk dengan tepat. Ini adalah cara formal dan sopan ketika duduk di rumah tradisional Jepang yang berlantaikan tatami, tikar tradisional Jepang yang dibuat dari jerami yang ditenun.

Seiza bukan dilatih dengan latihan fisik, melainkan kebiasaan yang membuat seseorang akhirnya terbiasa untuk duduk dengan cara tersebut. Dan banyak sekali orang Jepang yang sudah terbiasa duduk dengan posisi seiza dan terasa nyaman untuk jangka waktu yang cukup lama. Bahkan beberapa orang tersebut duduk seiza di waktu luang mereka.
Apakah teman-teman terbiasa melakukan Seiza?

Terima kasih telah mengunjungi laman blog kami. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Penyunting ' Aliyah Aziz

Jangan lupa ikuti kami di Sosial Media👇
Youtube : Hima Satori 
Website : Click here 
Email : Click here