Minggu, 07 September 2025

Satori Pedia: Budaya Gyaru, Simbol Kebebasan dan Ekspresi Diri Remaja Jepang

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Budaya gyaru adalah salah satu subkultur paling ikonik yang muncul di Jepang sejak era 1990-an. Istilah gyaru sendiri diambil dari bahasa Inggris “gal” yang berarti gadis, dan identik dengan gaya hidup serta mode yang berani, penuh warna, serta berbeda dari standar kecantikan tradisional Jepang. Dengan ciri khas make-up mencolok, rambut pirang atau terang, kulit kecokelatan, dan pakaian glamor, gyaru menjadi lambang kebebasan berekspresi bagi generasi muda.

Awal Mula Perkembangan Gyaru

Fenomena gyaru pertama kali tumbuh di Tokyo, khususnya di distrik Shibuya yang dikenal sebagai pusat mode anak muda. Tren ini muncul sebagai bentuk penolakan terhadap ideal kecantikan Jepang yang menekankan kulit putih, kesopanan, dan kesederhanaan. Para remaja perempuan ingin menghadirkan citra baru yaitu ceria, percaya diri, dan berani tampil beda. Seiring waktu, gaya ini menyebar luas melalui majalah fashion, musik pop, dan televisi, hingga akhirnya menjadi tren nasional.


Street Style Gyaru di Shibuya, Tokyo


Ciri-Ciri Budaya Gyaru

Ada beberapa elemen khas yang membuat gyaru mudah dikenali, di antaranya:

1. Riasan tebal dengan eyeliner dramatis, bulu
    mata palsu, dan lensa kontak besar.

2. Rambut berwarna terang atau pirang dengan
    model bervolume.

3. Kulit cokelat hasil tanning yang melawan tren
    kulit pucat.

4. Pakaian berani seperti rok mini, high heels,
    dan aksesori mencolok.

5. Sikap percaya diri serta energi yang menonjol
    di ruang publik.

Selain itu, budaya ini juga melahirkan berbagai gaya turunan seperti kogyaru (siswi SMA bergaya gyaru), ganguro (dengan make-up ekstrem dan kulit gelap pekat), hingga onee gyaru (gyaru dewasa dengan gaya elegan).


Ganguro Gyaru dengan Make-up Ekstrem


Gyaru dalam Budaya Pop

Shibuya, terutama pusat perbelanjaan Shibuya 109, menjadi landmark utama budaya gyaru. Majalah fashion populer seperti egg turut memperluas pengaruh gaya ini. Tidak hanya di jalanan, gyaru juga kerap hadir dalam anime, manga, dan video musik, sehingga semakin mengakar dalam budaya populer Jepang.


Sampul Majalah egg yang Menjadi Ikon Budaya Gyaru


Perubahan dan Eksistensi Gyaru

Memasuki awal 2010-an, pamor gyaru mulai meredup akibat bergesernya tren mode di Jepang. Meski begitu, gaya ini tidak benar-benar menghilang. Gyaru kini beradaptasi menjadi lebih modern dan dinamis, tetap eksis melalui komunitas, event khusus, serta media sosial. Pesan utamanya pun tidak berubah, kebebasan untuk berekspresi dan keberanian tampil berbeda.

Budaya gyaru menunjukkan bahwa keberanian untuk tampil berbeda bisa menjadi simbol kebebasan dan kepercayaan diri. Jadi, apakah kamu siap mengeksplorasi dunia gyaru lebih jauh? Siapa tahu, gaya dan semangat mereka bisa jadi inspirasi untuk mengekspresikan dirimu sendiri! 


Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gyaru
https://www.flickr.com/photos/tokyofashion/5983440678


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com


Jumat, 22 Agustus 2025

Satori Pedia: Bunraku, Warisan Seni Boneka Jepang

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Bunraku, atau ningyō jōruri, adalah salah satu seni pertunjukan tradisional Jepang yang unik karena menggabungkan tiga unsur utama yaitu narasi (tayū), musik shamisen, dan boneka yang digerakkan oleh tiga orang dalang. Perpaduan ini menjadikan Bunraku bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah bentuk seni yang kaya makna dan ekspresi.

Asal Usul Bunraku

Seni Bunraku lahir pada awal zaman Edo. Tokoh penting seperti Takemoto Gidayū, seorang narator, dan Chikamatsu Monzaemon, penulis naskah terkenal, berperan besar dalam perkembangan kesenian ini. Mereka mendirikan Takemoto-za, sebuah panggung pertunjukan yang melahirkan banyak karya klasik dan menjadikan Bunraku populer di masyarakat.


Ilustrasi Bunraku pada Zaman Edo


Keistimewaan Bunraku

Yang membuat Bunraku berbeda adalah teknik pengendalian bonekanya. Satu boneka dimainkan oleh tiga dalang: satu menggerakkan kepala dan tangan kanan, satu mengendalikan tangan kiri, dan satu lagi mengatur kaki. Dengan teknik ini, boneka mampu menampilkan gerakan halus dan ekspresi yang mendalam, bahkan sering terlihat lebih hidup daripada manusia.

Selain itu, narasi penuh emosi dari tayū berpadu dengan irama shamisen, menciptakan suasana dramatis yang mampu menggetarkan hati penonton. Detail boneka pun dibuat dengan cermat, terutama bagian kepala (kashira) yang bisa diubah sesuai karakter hanya dengan mengganti tata rambut, ekspresi, atau riasan.



Pakaian Boneka Bunraku


Pengakuan dan Pelestarian

Pada tahun 1955, Bunraku ditetapkan sebagai Properti Budaya Takbenda Penting di Jepang. Kemudian, pada 2003, UNESCO mengakui Bunraku sebagai Warisan Lisan dan Takbenda Kemanusiaan, dan sejak 2008 seni ini resmi terdaftar sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Dunia.

Kini, pusat pertunjukan Bunraku berada di National Bunraku Theatre di Osaka, yang dibuka pada tahun 1984. Teater ini tidak hanya menjadi tempat pertunjukan, tetapi juga pusat edukasi, pameran, dan pelestarian seni Bunraku agar terus dikenal oleh generasi mendatang.


Pertunjukan Bunraku


Bunraku Hari Ini

Bunraku tetap menjadi simbol warisan budaya Jepang. Melalui gerakan boneka, lantunan shamisen, dan narasi penuh emosi, penonton diajak merasakan kisah-kisah klasik yang mempunyai nilai kehidupan. Bukan hanya sebuah pertunjukan, Bunraku adalah cerminan keindahan seni Jepang yang terus hidup hingga saat ini.

Tertarik mencoba pengalaman budaya Jepang yang berbeda? Datanglah menonton Bunraku, seni boneka yang mampu membuatmu terhanyut dalam alunan musik dan narasi yang penuh emosi.


Sumber:
https://www.bunraku.or.jp/about/
https://ja.m.wikipedia.org/wiki/%E6%96%87%E6%A5%BD
https://mainichi.jp/articles/20210121/ddf/012/200/006000c
https://www2.ntj.jac.go.jp/dglib/contents/learn/edc26/rekishi/rekishi4.html
https://enpaku.w.waseda.jp/collection/3035/


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com


Kamis, 21 Agustus 2025

Satori Edukasi: どこから来ましたか?


 Haii, Halo, Minasan. Kembali lagi di blog Admin. Ada yang tau kita akan belajar apa hari ini?


Nah, pada pertemuan kali ini kita akan belajar mengenai tata bahasa 'Doko kara kimashita ka?' (どこから来ましたか?) dalam bahasa Jepang .
Yukks, kita mulai!!

Kalimat どこから来ましたか? adalah salah satu pola kalimat tanya dasar dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menanyakan asal atau tempat dari mana seseorang datang. Dalam percakapan sehari-hari, kalimat ini sering digunakan saat pertama kali berkenalan atau saat ingin mengetahui latar belakang seseorang, misalnya ketika bertemu teman baru di sekolah, universitas, atau acara tertentu. Walaupun arti harfiahnya adalah “Anda datang dari mana?”, dalam konteks sosial maknanya sering dipahami sebagai “Anda berasal dari mana?” atau “Darimana asal Anda?”.

Pola ini menggunakan bentuk sopan (masu form) sehingga sangat cocok dipakai dalam situasi formal atau saat berbicara dengan orang yang belum akrab.

Rumus umum kalimat ini adalah:

どこ + から + 来ました + か

  • どこ (doko) = di mana

  • から (kara) = dari

  • 来ました (kimashita) = bentuk lampau sopan dari kata kerja 来る (kuru) yang berarti “datang”

  • か (ka) = partikel penanda pertanyaan

どこから来ましたか? → “Anda datang dari mana?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, biasanya digunakan rumus:

[tempat] + から来ました。
→ Saya datang dari [tempat].

Contoh 

A: どこから来ましたか?
B: インドネシアから来ました。
(Dari mana Anda? – Saya dari Indonesia.)


A: どこから来ましたか?
B: 東京から来ました。
(Anda datang dari mana? – Saya dari Tokyo.)


A: どこから来ましたか?
B: アメリカから来ました。
(Dari mana asal Anda? – Saya dari Amerika.)

sumber :

marugoto book

Penyunting: Diandra Adivahsya


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com

Sabtu, 09 Agustus 2025

Satori Pedia: Shōgi, Seni Strategi di Balik Catur Jepang

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Di Jepang, ada permainan papan tradisional yang menggabungkan kecerdikan, kesabaran, dan seni berpikir strategis. Permainan itu adalah Shōgi (将棋), atau yang sering dikenal sebagai “catur Jepang”. Sekilas mirip dengan catur Barat, namun Shōgi memiliki aturan khas yang membuatnya lebih menantang, terutama adanya drop rule aturan yang memungkinkan pemain menghidupkan kembali bidak lawan yang telah ditangkap untuk digunakan di pihaknya.

Sejarah Shōgi

Shōgi diyakini berasal dari permainan catur kuno India (chaturanga) yang menyebar ke Jepang lewat Cina dan Korea. Bentuk modernnya mulai dikenal sejak abad ke-16, menggantikan versi sebelumnya yang disebut Sho-shōgi. Perubahan besar yang membedakannya dari catur lainnya adalah diterapkannya drop rule, yang menambah kedalaman strategi dan membuat permainan penuh kejutan.


Ilustrasi Bermain Shōgi pada Zaman Dahulu


Papan dan Bidak Permainan

- Papan berukuran 9×9 kotak.

- Setiap pemain memulai dengan 20 bidak.

- Jenis bidak: raja, benteng, menteri, jenderal
  emas, jenderal perak, ksatria, tombak, dan pion.

- Semua bidak berbentuk segi lima dengan
  tulisan Kanji, menghadap ke arah lawan.

- Zona promosi berada di tiga baris terdepan
  wilayah lawan, tempat bidak dapat
  ditingkatkan kekuatannya.


Keunikan Aturan Shōgi

1. Drop Rule – bidak yang ditangkap dapat dimainkan kembali sebagai milik sendiri.

2. Promosi – beberapa bidak bisa berubah kemampuan geraknya ketika masuk zona promosi.

3. Permainan berakhir saat raja lawan skak-mat, sehingga bertahan dan menyerang sama pentingnya.


Langkah Strategis dalam Shōgi

Shōgi biasanya terbagi menjadi tiga tahap:

Awal Permainan: membangun posisi dan benteng pertahanan.

Pertengahan: mengatur serangan sambil mempertahankan formasi.

Akhir Permainan: memanfaatkan peluang untuk mengurung raja lawan.

Taktik populer meliputi membentuk “kastil” pelindung, menggunakan teknik fork atau pin, serta memanfaatkan drop untuk membalikkan keadaan di saat genting.


Shōgi


Shōgi dalam Kehidupan Jepang

Lebih dari sekadar permainan, Shōgi adalah bagian dari warisan budaya Jepang. Kompetisi profesionalnya diikuti oleh pemain-pemain berbakat yang menyandang gelar kehormatan. Popularitasnya juga semakin meluas berkat kemunculannya dalam manga dan anime terkenal seperti Sangatsu no Lion dan Ryūō no Oshigoto!.


Suasana Pertandingan Shōgi


Jika kamu sudah terbiasa bermain catur, Shōgi akan memberimu tantangan baru yang segar dan penuh kejutan. Siapkan papan 9×9, pelajari gerak tiap bidak, dan rasakan sensasi membalikkan keadaan dengan strategi brilian mu. Mungkin saja, langkah berikutnya akan menjadi kunci kemenanganmu!


Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sogi
https://ja.m.wikipedia.org/wiki/%E5%B0%86%E6%A3%8B
https://ja.m.wikibooks.org/wiki/%E5%B0%86%E6%A3%8B
https://www.fun-japan.jp/id/articles/13810
https://www.shogi.or.jp/column/2016/12/post_63.html
https://gogen-yurai.jp/syougi/
https://www.shogi.or.jp/amp/column/2018/10/shokudan_column03.html


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com






Jumat, 25 Juli 2025

Satori Pedia: Fukuwarai, Permainan Tradisional Jepang yang Membawa Tawa dan Keberuntungan

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Saat merayakan Tahun Baru, masyarakat Jepang memiliki banyak tradisi unik yang memiliki banyak makna. Salah satunya adalah Fukuwarai (福笑い), permainan sederhana yang tak hanya mengundang tawa, tetapi juga dipercaya membawa keberuntungan di awal tahun. Nama “Fukuwarai” sendiri berasal dari kata fuku yang berarti keberuntungan, dan warai yang berarti tawa. Sesuai namanya, permainan ini menciptakan suasana gembira yang dianggap sebagai pertanda hoki untuk menyambut tahun yang baru.

Asal Usul Fukuwarai

Fukuwarai mulai populer pada zaman Edo, masa di mana hiburan tradisional berkembang pesat di kalangan rakyat. Pada mulanya, permainan ini dimainkan di rumah-rumah sebagai cara mempererat hubungan keluarga sekaligus menciptakan momen bahagia bersama. Tokoh utama dalam permainan ini adalah Okame, sosok perempuan berwajah bulat yang dianggap membawa keberuntungan, kebaikan hati, dan kebahagiaan.


Okame


Cara Bermain Fukuwarai

Permainan ini sangat sederhana, namun selalu sukses membuat semua orang tertawa. Cara mainnya adalah:

1. Sediakan gambar wajah kosong, biasanya wajah Okame atau karakter lucu lainnya.

2. Siapkan potongan kertas berisi mata, hidung, mulut, dan alis.

3. Pemain ditutup matanya dengan kain.

4. Dengan mata tertutup, mereka mencoba menempelkan bagian-bagian wajah pada gambar utama.

Hasilnya? Seringkali mata terbalik, hidung berada di pipi, atau mulut menempel di dahi! Kesalahan lucu inilah yang menjadi sumber tawa dan keceriaan.


Orang Sedang Bermain Fukuwarai 


Berbagai Macam Desain Fukuwarai

Awalnya hanya menampilkan wajah Okame, kini Fukuwarai berkembang dengan berbagai desain menarik. Ada yang memakai wajah hewan, karakter anime populer, hingga tokoh terkenal. Bahkan di era digital, Fukuwarai hadir dalam bentuk permainan virtual untuk anak-anak sehingga tradisi ini tetap relevan di zaman modern.


Fukuwarai yang Beragam Masa Kini 


Makna di Balik Tawa

Bukan hanya permainan, Fukuwarai melambangkan kebersamaan keluarga, keceriaan, dan doa untuk keberuntungan di tahun yang baru. Tawa yang muncul dipercaya membawa energi positif, mengusir kesedihan, dan mengundang hoki. Tak heran, permainan ini tetap dimainkan di rumah, sekolah, maupun festival lokal hingga sekarang.


Ilustrasi Anak-anak sedang Bermain 


Ingin mencoba tradisi Jepang yang sederhana tapi penuh makna? Buatlah gambar wajah lucu dan ajak keluarga atau teman untuk bermain Fukuwarai. Siapa tahu, selain membawa tawa, keberuntungan juga akan datang menemanimu di tahun yang baru!


Sumber:
https://jpnculture.net/fukuwarai/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fukuwarai
https://ja.m.wikipedia.org/wiki/%E7%A6%8F%E7%AC%91%E3%81%84
https://web-japan.org/kidsweb/ja/virtual/fukuwarai/fukuwarai02.html
https://kogei-japonica.com/playground/fukuwarai/
https://kids.rurubu.jp/article/148215/
https://inschrijvenbijommerland.nl/hafyfuwizepise176


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com






Jumat, 11 Juli 2025

Satori Pedia: Takoage, Tradisi Layang-Layang Jepang yang Membawa Harapan

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Saat angin musim semi berembus di Jepang, kita bisa melihat warna-warni layang-layang di udara bukan hanya sebagai permainan masa kecil, tetapi sebagai simbol dari harapan dan budaya yang hidup. Tradisi ini dikenal sebagai Takoage (凧揚げ), yang secara harfiah berarti “menaikkan layang-layang”. Dalam masyarakat Jepang, takoage telah menjadi bagian dari perayaan dan ritual yang diwariskan lintas generasi, menyatukan nilai spiritual, sosial, dan seni dalam satu tarikan benang.

Sejarah Takoage

Takoage memiliki sejarah yang panjang. Budaya ini diperkirakan berasal dari praktik Tiongkok kuno yang kemudian masuk ke Jepang dan menyebar pada masa periode Edo. Pada masa itu, layang-layang tidak hanya dijadikan hiburan rakyat, tapi juga memiliki fungsi spiritual. Mereka dipercaya bisa mengusir roh jahat, mendatangkan keberuntungan, dan menjadi media untuk mengirimkan doa atau harapan ke langit.

Salah satu bentuk tradisi ini dapat dilihat di kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka, yang terkenal dengan festival layang-layang raksasanya. Dalam perayaan tersebut, keluarga yang baru memiliki anak laki-laki akan menuliskan nama sang anak di layang-layang besar, lalu menerbangkannya sebagai bentuk simbolik dari harapan akan kekuatan, pertumbuhan, dan kesehatan.


Ilustrasi Takoage pada Zaman Dahulu


Festival dan Ragam Desain

Setiap daerah di Jepang memiliki gaya layang-layang yang berbeda. Ada yang berbentuk kotak sederhana, ada pula yang dibuat dengan sangat artistik dan rumit. Gambar yang muncul pun sangat beragam, mulai dari wajah samurai legendaris, dewa pelindung, hingga makhluk mitologi Jepang. Desain-desain ini bukan hanya menambah nilai estetika, tapi juga menampilkan sejarah dan filosofi lokal yang kaya.

Dalam beberapa festival, diadakan Takoage Gassen semacam “pertempuran layang-layang” di mana benang-benang saling berdekatan, beradu hingga salah satu layang-layang jatuh. Namun ini bukan sekadar adu ketangkasan, melainkan simbol dari kekuatan, ketahanan, dan semangat kompetitif yang sehat.


Hamamatsu Matsuri yang dilakukan di Jepang 


Lebih dari Sekadar Hiburan

Takoage bukan hanya ada di masa lalu. Di era modern, tradisi ini tetap bertahan baik sebagai bagian dari perayaan budaya maupun kegiatan keluarga yang menyenangkan. Banyak sekolah dan komunitas lokal yang mengadakan acara menerbangkan layang-layang, menjadikannya momen untuk mendidik anak-anak tentang sejarah dan nilai-nilai Jepang dengan cara yang menyenangkan dan partisipatif.

Bagi banyak keluarga, aktivitas ini juga menjadi momen untuk berkumpul, berbagi tawa, dan memperkuat ikatan dari berbagai generasi. Layang-layang pun menjadi penghubung antara langit dan bumi, masa lalu dan masa kini, orang tua dan anak.


Keluarga Bermain Takoage di Taman 


Melalui takoage, masyarakat Jepang mengajarkan bahwa langit bukan sekadar ruang kosong di atas kepala, melainkan tempat menggantungkan harapan, merayakan kehidupan, dan menyambung nilai-nilai budaya. Tradisi ini terus terbang, mengudara bersama angin musim baru, sebagai warisan yang hidup dan menginspirasi.

Bagaimana dengan kamu? Siap menerbangkan harapanmu ke langit seperti tradisi ini?


Sumber:
https://ja.m.wikipedia.org/wiki/%E5%87%A7
https://www.fun-japan.jp/id/articles/14022
https://www.kokugakuin.ac.jp/article/48197
https://ohmatsuri.com/en/articles/shizuoka-hamamatsu-festival
https://aminaflyers.amina-co.jp/list/detail/683
https://www.chunichi.co.jp/article/1062188
https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000015.000129038.html


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com




Jumat, 27 Juni 2025

Satori Pedia: Koma, Warisan Budaya Jepang yang Tetap Berputar di Zaman Modern

Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya


Di tengah kemajuan teknologi dan budaya pop yang mendominasi Jepang saat ini, masih ada warisan budaya yang tetap berputar secara harfiah dan simbolik. Salah satunya adalah koma, gasing tradisional Jepang yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang sejak ribuan tahun lalu. Lebih dari sekadar mainan, koma mencerminkan filosofi, keahlian, dan nilai-nilai spiritual dalam budaya Jepang.

Sejarah Koma

Asal-usul koma di Jepang berawal dari abad ke-6 hingga ke-8, ketika pengaruh budaya Tiongkok dan Korea masuk ke Jepang melalui jalur perdagangan dan migrasi. Temuan arkeologis di situs seperti Minami-Shiga menunjukkan bahwa gasing ini pernah digunakan dalam ritual spiritual pada periode Nara. Pada masa itu, putaran gasing dipercaya dapat meramal nasib dan menandakan keberuntungan. Artinya sejak awal, koma bukan hanya permainan tapi juga memiliki fungsi spiritual dan sosial.

Memasuki era Edo (1603–1867), koma mengalami transformasi. Dari benda sakral, ia beralih menjadi permainan rakyat yang sangat populer di kalangan anak-anak dan dewasa. Permainan ini bahkan memiliki warna-warna simbolik merah untuk kesehatan, hitam untuk kekuatan, kuning melambangkan kekayaan, hijau untuk panen yang baik, dan ungu sebagai simbol kebangsawanan. Koma juga mulai berkembang dalam berbagai bentuk dan variasi di seluruh Jepang, seperti Hakata koma dari Fukuoka dan Jindai koma dari Miyazaki.


Ilustrasi Koma Periode Edo


Keterampilan dan Estetika di Balik Putaran

Koma dibuat dengan presisi tinggi menggunakan kayu ringan, lalu dihias secara manual dengan pola spiral dan warna-warna cerah. Beberapa jenis koma bahkan dilengkapi inti logam untuk menciptakan keseimbangan dan putaran yang lebih lama, seperti pada Hakata koma. Bentuk ini menunjukkan keahlian para pengrajin lokal dan sekaligus mencerminkan estetika Jepang yang mengutamakan kesederhanaan, fungsionalitas, dan keindahan dalam detail.

Selain fungsinya, setiap koma adalah karya seni miniatur yang mencerminkan budaya daerah asalnya. Tak heran jika banyak kolektor dan wisatawan menjadikan gasing ini sebagai suvenir yang mewakili nilai-nilai Jepang.


Koma dengan Berbagai Warna 


Makna Mendalam dan Fungsi Sosial

Lebih dari sekadar alat bermain, koma membawa berbagai simbolisme yang dalam. Putarannya merepresentasikan kelangsungan hidup, harapan, dan keseimbangan. Dalam konteks budaya Jepang, hal-hal kecil seperti bermain gasing bisa memiliki makna filosofis yang besar. Saat berputar stabil koma mencerminkan harmoni hidup, ketika terjatuh itu bisa menjadi pengingat tentang pentingnya keseimbangan dan ketekunan.

Pada masa Edo, pertandingan gasing antar anak-anak bisa juga dianggap sebagai media pembentukan karakter, di mana mereka belajar tentang sportivitas, keberanian, dan teknik. Permainan ini mempererat hubungan sosial antar komunitas dan menjadi jembatan antar generasi antara kakek yang mengajari cucunya memutar koma, hingga festival desa yang rutin mengadakan lomba gasing tahunan.


Anak-anak Bermain Koma


Koma di Zaman Modern

Di tengah era digital dan permainan daring, koma masih menemukan tempatnya di Jepang modern. Banyak daerah yang secara rutin mengadakan festival dan lomba koma sebagai bagian dari pelestarian budaya. Di wilayah-wilayah seperti Ooyama, kompetisi gasing disambut meriah, bahkan menjadi atraksi wisata lokal menunjukkan bahwa semangat bermain dan tradisi tersebut belum pudar.

Tak hanya sebagai permainan, koma juga hadir dalam bentuk workshop edukatif di museum atau sekolah, mengajarkan anak-anak tentang kerajinan tradisional dan nilai budaya. Selain itu, koma menjadi cenderamata khas Jepang yang unik paduan antara kerajinan tangan, simbol budaya, dan nostalgia.


 Pertandingan Koma di Ooyama Jepang 


Itulah sekilas tentang koma, mainan tradisional Jepang yang tetap eksis hingga kini. Gimana, Mina-san? Ada yang ingin coba memainkannya atau mulai koleksi koma khas Jepang yang unik dan penuh cerita?


Sumber:
https://www.tgrcampaign.com/read/730/yuk-kenalan-dengan-gasing-ala-jepang-yaitu-koma
https://www.fun-japan.jp/id/articles/14022
https://shinpaideshou.com/2015/05/01/fun-link-friday-spinning-tops/
https://www.kyoto-ga.jp/2011/04/01_0904.html
https://www.townnews.co.jp/0405/2012/10/12/160993.html


Penyunting: Afif Adya Putra 


Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori

Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com