Konnichiwa Mina-san! Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa ya
Di tengah kemajuan teknologi dan budaya modern Jepang, terdapat satu tradisi kuno yang justru semakin bersinar karena keunikannya yaitu Kintsugi (金継ぎ). Seni memperbaiki keramik yang pecah ini bisa menghidupkan kembali benda yang rusak, dan juga menghadirkan nilai estetika baru melalui garis-garis emas yang menonjolkan retakan. Bukan hanya teknik, Kintsugi merupakan refleksi dari cara pandang masyarakat Jepang terhadap kerusakan, ketidaksempurnaan, dan keberlanjutan.
Apa Itu Kintsugi
Kintsugi (金継ぎ), yang juga dikenal sebagai Kintsukuroi (金繕い), secara harfiah berarti “sambungan emas atau perbaikan dengan emas”. Teknik ini adalah metode tradisional Jepang untuk memperbaiki keramik atau porselen yang pecah atau retak dengan menggunakan lac (漆 atau “urushi” dalam bahasa Jepang) sebagai perekat kemudian menyempurnakan sambungan dengan bubuk emas, perak, atau platina.
Alih-alih menyembunyikan kerusakan, Kintsugi memilih untuk menonjolkan retakan dan membuatnya menjadi bagian dari keindahan benda itu, menjadikannya bukti sejarah dan perjalanan hidup si benda.
![]() |
| Orang sedang memperbaiki benda yang retak |
Asal Usul & Sejarah Singkat
Teknik reparasi keramik menggunakan lac telah diterapkan di Jepang bahkan sejak masa prasejarah ditemukan artefak dari zaman Jōmon yang menggunakan lac untuk memperbaiki benda.
Namun, bentuk estetis seperti Kintsugi dengan sambungan emas atau logam mulia diyakini mulai berkembang pada periode Muromachi period (sekitar abad ke-15), bersamaan dengan berkembangnya budaya teh (茶の湯 / chanoyu).
Konon, ketertarikan terhadap metode ini muncul ketika pemilik mangkuk teh berlubang mengirim mangkuk itu ke luar Jepang untuk diperbaiki, lalu dikembalikan dengan penjepit logam hasilnya dianggap terlalu kasar dan merusak estetika. Para pengrajin Jepang kemudian menciptakan metode yang lebih halus dan artistik menggunakan lac dan emas.
Sejak saat itu, Kintsugi berkembang sebagai tradisi reparasi sekaligus apresiasi terhadap ketidaksempurnaan dan menjadi bagian dari estetika Jepang yang dikenal sebagai Wabi‑sabi (menghargai kefanaan, ketidaksempurnaan, dan kesederhanaan).
![]() |
| Contoh sebelum mengenal teknik kintsugi |
Proses & Teknik Kintsugi
Teknik Kintsugi melibatkan beberapa tahap yaitu:
1. Pecahan keramik disatukan menggunakan lac (urushi), yang berfungsi sebagai perekat alami. Lac adalah getah alami dari pohon lacquer ketika mengering, menghasilkan perekat yang kuat, tahan air, dan awet.
2. Setelah lac mengering dan menyatukan potongan, celah atau bagian yang hilang (jika ada) bisa diisi dengan campuran lac dan bahan pengisi, sebelum finishing.
3. Tahap akhir adalah menyempurnakan sambungan dengan menaburkan bubuk emas (atau kadang perak/platinum) sehingga sambungan retakan menjadi garis keemasan yang menonjol, menjadikannya dekoratif dan artistik.
Ada varian teknik misalnya jika bagian asli hilang bisa diganti dengan fragmen keramik lain yang bentuknya mirip (metode “patchwork” / “yobitsugi”).
![]() |
| Alat yang digunakan untuk kintsugi |
Filosofi di Balik Kintsugi
Retakan dan bekas kerusakan dianggap sebagai bagian dari sejarah, perjalanan, dan identitas benda bukan cacat yang harus disembunyikan. Ini sesuai dengan semangat “mottainai” menghargai benda, tidak mudah membuang sesuatu hanya karena rusak dan dengan estetika Wabi-sabi, yang menghargai kefanaan, ketidaksempurnaan, dan kesederhanaan.
Secara simbolis, Kintsugi menjadi metafora untuk kehidupan bahwa patah atau rusak bukanlah akhir melainkan bisa menjadi awal dari sesuatu yang lebih kuat, lebih bermakna, dan lebih indah. Bahkan di masa modern, filosofi ini mendapat perhatian sebagai cara pandang hidup menerima kekurangan, menghargai proses penyembuhan, dan melihat nilai dalam ketidaksempurnaan.
Kintsugi di Zaman Sekarang & Mengapa Populer Lagi
Dalam era konsumsi massal dan barang sekali pakai, Kintsugi menghadirkan alternatif daripada membuang barang yang retak, kita bisa memperbaiki dan memuliakan kembali benda tersebut selaras dengan prinsip keberlanjutan. Minat terhadap Kintsugi meningkat tidak hanya di Jepang, tetapi juga di luar negeri. Banyak orang tertarik karena nilai estetika dan filosofi yang lembut tentang ketidaksempurnaan dan pemulihan.
Selain untuk keramik tradisional Jepang, Kintsugi kadang diterapkan pada keramik modern, benda sehari-hari, atau sebagai ekspresi seni memperluas makna klasiknya menjadi relevan di dunia kontemporer.
![]() |
| Benda-benda yang diperbaiki dengan teknik kintsugi |
Bagi siapa pun yang tertarik pada seni, budaya, atau filosofi hidup, Kintsugi adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini memperlihatkan bahwa menghargai warisan, menjaga kelestarian, dan merayakan ketidaksempurnaan bisa menjadi tindakan penuh makna.
Jadi, bagaimana denganmu? Siapkah kamu merangkai kembali “retakan-retakan” dalam hidup dengan emasmu sendiri?
Kintsugi mengajarkan bahwa luka bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi dapat menjadi bagian paling berharga dari perjalanan kita.
Sumber:
https://kintsugi-girl.com/7558/
https://www.otakaraya.jp/contents/gold-platinum/gold/japan-dentougihou-kaisetsu/
https://ja.wikipedia.org/wiki/%E9%87%91%E7%B6%99%E3%81%8E
Penyunting: Afif Adya Putra
Bupma_Nuzul Putri Fitria
Wabup_Ihwan Nuriman
--------------------------------------------
Divisi Komunikasi dan Informasi
Hima Satori
Follow us on 👇🏼
-YouTube : Hima Satori
-Instagram: Himasatorifkipunri
-Facebook: Hima Satori Fkipur
-Tiktok: Hima Satori
-Blogspot/Website: himasatorifkipur.blogspot.com
-Email: himasatorifkipur@gmail.com




Tidak ada komentar:
Posting Komentar