Minasan, konnichiwa!
Kembali bersama Admin dipostingan Satoripedia. Apakah minasan pernah mendengar istilah wabi-sabi dalam kebudayaan Jepang? Ayo ikuti Admin agar tahu lebih lanjut.
Sumber: Flickr/Julien Seguinot |
Istilah wabi-sabi cukup terkenal di Jepang. Wabi sabi merupakan filosofi yang kerap digambarkan sebagai cara menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan. Kata wabi (侘) berasal dari kata kerja wabu, yang berarti merana, dan kata sifatnya, wabishii (侘しい), digunakan untuk menggambarkan rasa sedih dan kemiskinan. Kata tersebut juga dapat berarti sederhana, tidak materialistis, dan rendah hati. Kata sabi (寂) mempunyai arti seperti pergerakan alami, dan pengertian bahwa keindahan tidak selamanya ada. Meskipun makna wabi dan sabi membangkitkan perasaan melankolis karena mengandung kesedihan atau arti negatif dalam bahasa Indonesia, kata wabi sabi juga memunculkan kehangatan dan kehidupan.
Berdasarkan sejarahnya, wabi-sabi pertama kali muncul dalam dinasti Tiongkok pada 960-1279 M. Pada awalnya, wabi-sabi merupakan konsep Buddhisme Zen. Wabi-sabi mengajarkan tentang penerimaan yang lebih santai mengenai kefanaan dunia dengan menyukai ketidaksempurnaan hidup.
Sumber: Desti Nursinta on Unsplash |
Sebelumnya, wabi-sabi merupakan konsep yang terpisah. Wabi adalah cara untuk mengapresiasi suatu keindahan. Sementara itu, sabi adalah penggambaran mengenai waktu yang memengaruhi kerusakan.
Ada banyak bentuk seni yang menonjolkan wabi-sabi di Jepang. Inilah sebabnya mengapa sebagian besar tradisi Jepang menampilkan tema penerimaan, rasa syukur, ketidaksempurnaan, ketidakkekalan, dan perubahan.
1. Kesenian Keramik
Sumber: Marco Montalti/iStock |
Kintsugi adalah keahlian memperbaiki tembikar yang pecah dengan menyatukan kembali potongan-potongan dan menerapkan pernis yang dicampur dengan bubuk emas atau perak di sepanjang retakan. Teknik tersebut menonjolkan bekas retakan dan cacat-cacat unik yang diperbaiki dengan indah.
2. Haiku
Sumber: wikipedia.org |
Haiku merupakan salah satu bentuk puisi Jepang yang paling terkenal. Penyair terkenal Matsuo Basho menulis baris-baris puisi yang menggambarkan keadaan kolam yang tenang bergema karena katak menyelam ke dalam air. Melalui haiku-nya, Basho menangkap perasaan sabi yang mengekspresikan keheningan, keindahan alam, berlalunya waktu, dan sifat kehidupan yang terus berubah.
3. Upacara Minum Teh Jepang
Sumber: tsunagujapan.com |
Di masa lalu, upacara minum teh gaya Tiongkok yang mewah sebenarnya sangat populer di Jepang. Alih-alih menggunakan porselen mewah dari Tiongkok, seorang biksu bernama Murato Juko mengenalkan penggunaan cangkir teh tanah liat Jepang, yang dibuat dengan tangan dan sering kali ada cacat kecil dalam bentuk atau desainnya.
Wabi-sabi sangat cocok diterapkan pada masyarakat modern saat ini yang terus menerus mengejar kesempurnaan. Wabi-sabi berfokus pada sebuah rasa syukur yang sudah dimiliki dibanding menginginkan hal baru. Mengubah pandangan hidup ini akan membantu minasan untuk selalu merasa damai dan cukup tentang apa yang sudah terjadi.
Sumber: Helena Lopes/Pexels |
Di tengah ricuhnya kondisi dunia, jangan lupa untuk menarik napas dan menenangkan diri sendiri bahwa tidak semuanya harus sempurna.
Terima kasih sudah mengunjungi laman blog kami dan membacanya sampai akhir. Semoga blog ini dapat memberikan manfaat dan sampai jumpa di postingan berikutnya, ya!
Sumber: bahasa.newsbytesapp.com, ekrut.com, nationalgeographic.grid.id, tsunagujapan.com, wikipedia.org
Penyunting: Rimanda
Jangan lupa ikuti kami di👇
Facebook: Hima Satori Fkipur
YouTube: Hima Satori
Instagram: @himasatorifkipunri
Website: click here
Email: click here